KOMPAS.com – Indonesia dianugerahi ragam jenis kebudayaan warisan leluhur. Di antara aspek budaya tersebut adalah tradisi perawatan kecantikan. Meski sudah memasuki masa modern, tradisi perawatan dan kecantikan tradisional masih diminati dan memiliki tempat tersendiri bagi wanita Indonesia.
Esty Reko Astuti, Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata RI mengungkapkan, salah satu produk Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan adalah produk budaya yang di dalamnya termasuk pula spa dan produk kecantikan tradisional. Secara keseluruhan, produk budaya mencakup 60 persen dalam sektor pariwisata dibandingkan dengan produk alam.
“Produk spa kita sangat kaya dan berbeda dengan produk spa mancanegara. Ini merupakan tradisi dan budaya yang kita miliki. Mulai dari lahir hingga menikah, selaku ada perawatan kecantikan yang kita jalani, seperti perawatan tubuh dan mengonsumsi jamu,” ujar Esty dalam acara pembukaan Beauty Professional Indonesia (BPI) 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (30/7/2015).
Selain itu, Esty mengungkapkan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki teknik dan kekhasan sendiri dalam hal spa dan perawatan tubuh serta kecantikan. Setidaknya terdapat sembilan teknik spa dan perawatan kecantikan tradisional yang diidentifikasi di Indonesia, yang berkembang di kawasan Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi.
“Dalam spa, basisnya adalah budaya kita. Ini yang tidak dimiliki negara lain. Kita punya 9 kekhasan teknik dan bahan-bahan. Semua punya kekhasan di masing-masing daerah. Ini merupakan suatu karakter yang tidak dimiliki spa di mancanegara. Itu yang menjadi daya tarik,” jelas Esty.
Sementara itu, terkait minat wisatawan terhadap industri kecantikan dan perawatan tubuh di Indonesia, Esty menjelaskan bahwa pada dasarnya baik wisatawan nusantara maupun mancanegara sama-sama menggemari spa dan produk perawatan kecantikan khas Indonesia. Trennya pun cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu.
“Tren pariwisata ini terus meningkat. Jumlah turis mancanegara cukup besar, seperti dari Eropa, Jepang, Korea Selatan, negara-negara Asia lain, dan negara-negara Asean. Kementerian juga melakukan promosi secara terintegrasi dan konvergen,” tutur Esty.
No comments:
Post a Comment