Jakarta, CNN Indonesia —
Keputihan merupakan kombinasi cairan dan sel yang terus diproduksi oleh vagina. Keputihan sendiri berfungsi untuk membersihkan dan melindungi vagina. Namun, keputihan bisa menjadi abnormal bila bercampur dengan jamur atau bakteri. Bila sudah begitu, sebaiknya hindari dulu hubungan seksual.
Keluarnya cairan dari vagina masih dianggap normal bila tidak menimbulkan bau, gatal, atau rasa tak nyaman di area vagina. Penyebab keputihan abnormal antara lain infeksi jamur, bakteri vaginosis, atau gejala menopause, yang relatif tidak berbahaya tapi bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Keputihan abnormal juga bisa menjadi gejala dari infeksi menular seksual tertentu. Pada kasus yang sangat jarang, keluarnya cairan vagina berwarna kecokelatan atau kebiruan, bisa menjadi pertanda kanker serviks.
Penyebab lain, seperti dilansir dari laman Mayo Clinic, antara lain vaginosis bakteri, kanker serviks, polip serviks, chlamydia, kutil kelamin, kencing nanah, infeksi HPV, penyakit radang panggul, kehamilan, rectovaginal fistula (pembukaan abnormal antara rektum dan vagina yang memungkinkan kotoran bocor ke dalam vagina), penyakit kelamin, atrofi vagina (penipisan dinding vagina), kanker vagina, dan vaginitis.
Kapan harus ke dokter?
Segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis kandungan bila mengalami keputihan abnormal dengan gejala-gejala: cairan kehijauan, kekuningan, kental; bau vagina yang kuat, kemerahan, gatal, rasa terbakar atau iritasi vagina atau daerah kulit yang mengelilingi vagina dan uretra (vulva); serta adanya perdarahan atau bercak yang tidak berhubungan dengan masa menstruasi.
Amankah berhubungan intim saat perempuan mengalami keputihan abnormal?
“Bila istri Anda mengalami keputihan (Fluor Albus) hendaknya hubungan intim ditunda dulu,” kata Andri Wanananda, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.
Dijelaskan Andri, penetrasi dan gerakan penis ke dalam vagina akan membuat iritasi dan peradangan (inflamasi). Akibatnya, keputihan semakin meluas hingga membahayakan organ-organ reproduksi di sekitar rahim.
"Dianjurkan agar istri Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan, minimal bisa dilakukan papsmear lendir vaginanya. Hal ini untuk mengetahui penyebabnya, apakah bakteri, jamur atau trichomonas-vaginalis," kata Andri menganjurkan.
(mer/mer)
No comments:
Post a Comment