Tuesday, June 9, 2015

Warga Desa Majasuka Keluhkan Pabrik Kaus Kaki

Warga Desa Majasuka Keluhkan Pabrik Kaus Kaki
Jun 9th 2015, 23:49

MAJALENGKA, (PRLM).- Warga Desa Majasuka, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka mengeluhkan bisingnya suara mesin yang kerap terdengar dari pabrik pembuat kaus kaki PT Wintai Garment di Desa Bongas Kulon, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka serta adanya pembuangan limbah cair ke sungai Cisambeng yang dianggap mencemari lingkungan.

Ratusan warga sempat melakukan aksi demo ke pabrik PT Wintai Garment pembuat kaus kaki untuk import ke sejumlah negara tersebut karena keluhannya dianggap tak dihiraukan pihak perusahaan. Salah seorang tokoh pemuda Majasuka, Bayu Saeful Uyun mengatakan limbah pabrik yang dialirkan melalui pipa ke sungai tersebut dikhawatirkan beracun dan mencemari lingkungan. Selain itu suara bising sering kali terdengar oleh warga yang rumahnya tidak jauh dari lokasi pabrik.

"Panbrik ini memang tidak berada di Desa Majasuka, tapi limbahnya mengalir ke Majasuka melalui aliran sungai. Kami ingin pihak perusahaan meredam suara dan tidak membuang limbah ke sungai," kata Bayu.

Warga lainnya mengatakan, pihak perusahaan awalnya bersedia memberikan konpensasi kepada masyarakat yang terkena dampak bising namun sekarang konpensasi tersebut berhenti tak jelas alasannya.

Manajer PT Wintai Garment, Demdem, disertai dua stafnya Solihin dan Solihin, Selasa (9/6/2015) menolak tuduhan kalau pabriknya mengeluarkan limbah cair dan membuangnya ke sungai. Alasannya pabrik tidak mengeluarkan limbah cair ataupun padat, karena barang yang diproduksinya adalah kaus kaki. Kalaupun ada cairan yang keluar dari katup mesin pabrik itu adalah akibat uap panas yang setiap jam dibuang, sedangkan volume uap yang menjadi cairan hanya dibawah 10 liter per jam.

Hanya dia mengakui kalau cairan dari uap tersebut berwarna keputihan akibat air bawah tanah di pabriknya terlalu banyak kandungan garamnya. Namun saja itu dianggap tidak berbahaya bagi tanaman ataupun lingkungan meski penelitian secara komprehensif oleh pihak berwenang baik Lingkungan Hidup ataupun Dinas kesehatan belum dilakukan.

"Cairan tesrebut kami alirkanmelalui saluran di pabrik kemudian dibuang melalui pipa ke sungai," ujar Demdem.

Hanya dia berjanji dalam waktu dekat akan mengolah cairan etsrebut di lingkungan pabrik agar tidakd ikeluhkan oleh masyarakat.

Sedangkan suara bising menurut Demdem dan Solihin, itu berasal dari hembusan cerobong udara yang juga keluar setiap jam, tekanan udara tersebut terhalang seng sehingga udara tak tersalurkan dengan lepas ke luar. Akibatnya suara terdengar keras.

"Agar udara dari tekanan cerobong tidak terdengar keras akibat terhalang oleh seng, kami juga akan melepas sengnya, esok hari kami akan usahakan sesuai permintaan masyarakat. Kami juga tidak ingin pabrik ini menganggu kenyamanan warga," papar Demdem.

Sementara itu para pekerja rajut kaus kaki dengan lokasi mesin nampak berjauhan berjarak sekitar kurang lebih 200 meteran, ke lokasi pemukiman penduduk juga cukup jauh, namun suara dari cerobong asap sesekali terdengar bila tekanan udaranya besar. Air dari katup penutup mesin juga keluar putih bila dibuka pada saat-saat tertentu, namun volumenya tidak banyak. Air tersebut dialirkan ke belakang pabrik dan dibiarkan terbuka karena dianggap tidak berbahaya serta sedikit.

Pabrik yang didirikan di luas lahan 14 hektare, kini mempekerjakan sebanyak 1.000 orang karyawan, dari berbagai daerah di Majalengka serta sebagian dari Palimanan, Cirebon. Saat ini menurut Demdem pabrik masih membutuhkan pekerja hingga sekitar 4.000 orang lagi untuk memenuhi kebutuhan import barang ke berbagai negara.(Tati Purnawati/A-147)***


unsubscribe from this feed

No comments:

Post a Comment