Jakarta, CNN Indonesia —
Saat Caron Ryalls diminta menandatangani formulir persetujuan vaksinasi kanker serviks untuk putrinya Emily (13), menurutnya, itu adalah cara terbaik melindungi kesehatan jangka panjang Emily.
Namun, empat tahun terakhir hal tersebut berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga Ryalls. Dua minggu setelah suntikan HPV pertama, Emily mengalami efek samping pusing dan mual.
"Gejala-gejala itu tumbuh semakin buruk setelah suntikan kedua dan ketiga. Saya pergi ke unit gawat darurat beberapa kali karena Emily mengalami nyeri di dada dan perut yang parah, serta kesulitan bernapas."
Dilansir dari laman Independent, Emily yang kini berusia 17 mengatakan, "Suatu kali saya tidak dapat menggerakkan salah satu sisi tubuh saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi."
Emily adalah salah satu dari ribuan gadis remaja di Inggris yang mengalami penyakit yang semakin melemahkan dirinya setelah imunisasi rutin. Sampai sekarang kesehatannya belum pulih, dan entah sampai kapan kesehatannya kembali normal.
"Sebelum vaksinasi Emily memiliki sejarah medis yang biasa-biasa saja yang tanpa masalah," kata ibunya, Caron Ryalls (49) d ari Ossett, West Yorkshire.
"Dia dianggap sangat sehat sehingga mewakili sekolahnya untuk olahraga hoki, netball, atletik, juga menari. Dia juga berprestasi di sekolah, selalu masuk jajaran utama murid beprestasi di segala bidang, dan diperkirakan setidaknya masuk daftar sepuluh terbaik GCSE (ijazah umum pendidikan menengah). Masa depannya sangat cerah."
Nyonya Ryalls melaporkan kondisi Emily kepada Badan Pengatur Pengatur Produk dan Obat Kesehatan (MHRA) di Inggris.
Dalam sepuluh tahun terakhir, sampai april tahun ini, badan kesehatan tersebut telah menerima hampir 22 ribu laporan reaksi obat ‘diduga spontan’ (Adverse Drug Reaction/ ADR) yang merugikan, pada 13 kategori imusinasi rutin, termasuk flu, MMR, tetanus, difteri, dan polio, menurut rilis yang dikeluarkan oleh organisasi Freedom of Information pada awal bulan ini.
(win/utw)
No comments:
Post a Comment